Don't judge a book by it's cover. Jangan meremehkan kemampuan seseorang sebelum kau membuktikannya.
Pepatah itu sempat menohok saya (ingat kejadian di Cawan tuang). Siapa sangka orang yang selama ini berguru kepada saya untuk menjadi macho, dan saya sendiri memang menganggap dia tidak macho, ternyata berjiwa seorang imam. Dan menurut saya itu adalah the manliest character yang harus dimiliki seorang laki - laki. Percuma saja kalau fisik dan tingkah lakunya macho tetapi jiwanya hanya makmum yang bahkan tak tahu apa yang diikutinya.
Cukup sampai di sini memujinya. Kenapa? Karena orang yang sama juga telah menjatuhkan judgement yang sembarangan kepada saya. Memang saya agak Tomboy (apa salahnya?). Saya juga keras dan tak selembut makhluk cantik lain (ini tuntutan hidup saya, Bung). Tetapi jangan remehkan kemampuan memasak saya.
Mungkin keahlian memasak saya BELUM se-expert koki - koki bintang lima. Hey, saya sedang dalam proses belajar. Tapi bukan jadi koki bintang lima yang saya idamkan sehingga saya belajar memasak. Saya punya keinginan yang lebih baik dan mulia daripada menjadi chef terkenal. Saya ingin memberikan masakan terbaik dengan tangan saya sendiri for my future husband and family.
Even though I'm a chatter box, saya lebih suka membuktikan sesuatu dengan tindakan daripada berkoar - koar tentang masakan saya yang belum tentu ada yang percaya. Jadi saya pun membawa masakan andalan saya (martabak bihun) sebagai bekal. Akhirnya orang - orang yang setuju dengan rencana sarapan bersama pada hari Selasa, 18 Oktober 2011 jam 8 mencicipi hasil masakan saya. Yang pernah merasakannya (Emmy dan Asep) tentu tak kaget lagi. Alhamdulillah, yang lain pun memberikan tanggapan positif pada masakan saya. Dan orang yang telah menganggap saya terlalu macho untuk memasak pun mengatakan martabak bihun saya enak banget (How about it, Farid? heh~).
*maaf untuk oarang - orang yang disebut namanya tanpa izin resmi.*
ecieeeeeee~~~
BalasHapusudaaaa, udaaa, udaaa <3