“Hyung, kapan kau akan pulang?”, tak sadar tangannya bermain dengan ujung kemeja yang
dipakainya, kemeja orang di seberang telepon itu. “Entahlah Ji.” Hembusan nafasnya bahkan terdengar sangat dekat. “Emm.. Jadi, apa aku mengganggu?”, nada cemas tak dapat terelakkan lagi. “Ji….”. “Ah~ Aku mengantuk sekali. Selamat tidur, hyung.”. Dia tahu orang tercintanya itu tak pernah tidur seawal ini. “Selamat tidur, Tikus Kecil. Jaga dirimu.”, sebuah seringai muncul karena tahu apa yang akan diteriakkan oleh Tikus Kecilnya. “Yah! Aku bukan Tikus dan Aku tidak Kecil! Dasar Dino Raksasa! Huff!”. Kekehan tak dapat ditahan untuk keluar dari mulut seorang Dino Raksasa yang disebut. Walaupun dia tak melihat secara langsung, dia dapat melihat dengan jelas wajah orang terkasihnya sedang menggembungkan kedua pipinya karena kesal, mata coklatnya menyipit mengancam, dan bibir merahnya sedikit maju ke depan karena cemberut. ‘Betapa aku merindukannya’, desahnya dalam hati. Kedua kelopak matanya terkatup menutupi dua mata hitam dan tajam yang akan melembut tiap kali menatap sang kekasih. “ Aku mencintaimu, Ji”. Sebuah senyum terukir di bibir tipis sang objek. “Aku juga mencintaimu, Hyunie. Jaga diri dan cepat pulang! Bye….”. Suara telepon terputus itu benar – benar memekakkan telinganya. Tak peduli sudah berapa kali desahan keluar dari mulutnya, tetap tak bisa mengobati rasa sesak di dadanya. Dia tak bisa terus berpura – pura naïf. Dia tahu kemungkinan kekasihnya untuk pulang cepat sangatlah kecil, bahkan tak ada sama sekali. Ah! Dia tak mau membayangkan hal itu. Dia mengerti dengan jelas tentang pekerjaan Dino Raksasanya dan apa resiko yang dihadapi olehnya. Resiko yang dapat mencabut nyawa sang terkasih. Yang dapat dia lakukan hanyalah terus berdoa karena hanya hal itu yang dapat ia lakukan.
Ugh, matanya mulai panas membayangkan orang tercintanya. Sebuah helaan nafas keluar untuk kesekian kalinya. ‘Choi Seunghyun, kau harus benar – benar pulang kali ini atau aku sendiri yang akan menyeretmu!’
Tidak ada komentar:
Posting Komentar